RINDU MALANG #1



RUMAH KEDUA –  Belakangan ini, saya sangat ingin berkunjung ke Kota Malang setelah lama mengejar haluan ke Surabaya. Dan akhirnya tinggal di Surabaya. Maklum, kota apel itu banyak menyimpan segala kenangan baik dan buruk untuk saya. Meski hanya tinggal setahun disana, rasanya tempat itu sudah seperti rumah kedua saya saja. Adalah kota pertama saya singgahi sesudah melepas masa SMA. Di kota yang khas dengan keramahan alamnya ini, saya mulai mengenal arti sendiri, mandiri, menghargai keuangan, berjuang meraih mimpi, mengendalikan idealisme, mengenal kehidupan sosial, dan semua hal yang belum pernah saya dapatkan selama 18 tahun di kota kelahiran, Kediri, Jawa Timur. 

Awalnya memang, kota M-a-l-a-n-g ini, bukan lah yang menjadi destinasi utama kota hijrah yang ada pada catatan harian yang selalu saya bawa. Entah, peruntungan SNMPTN 2011 lalu, seakan suka rela “menjebak” saya untuk singgah dan mengenali kehidupan disana. Dari universitas Brawijaya, semua kehidupan saya bermula. Dan kampus berjargon,”UB be The Best” itu menjadi salah satu kampus yang saat ini sangat saya rindukan nuansanya. Bukan karena namanya yang membuat saya ingin kembali. Tapi seluruh isi, kekurangan, dan kelebihan para penghuni serta intrik kampus, seakan tidak akan pernah bisa hilang dalam ingatan saya. Dan ingin sekali menelanjangi satu per satu memori kampus tak bersalah dalam kasus pelarian saya saat itu. 

Gedung rektorat UB tampak depan (foto oleh Viranita Dewi)
Gedung rektorat dan tugu UB dari gazebo FTP (foto oleh Viranita Dewi)

Gedung dan tugu UB ini, menjadi saksi kali pertamanya saya menitikkan air mata dan mencoba ikhlas menerima bahwa, impian saya untuk kuliah di bidang jurnalis dan pertelevisian memang belum rezeki saat itu. Dan saya meyakini bahwa Allah pasti berencana lain dengan “keberuntungan” saya kuliah di Teknik Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian. Jujur, hanya perasaan biasa dan sedikit berbesar hati saat seorang Presiden EM UB saat itu berkata dengan bijak dan menyentuh, “Selamat datang para pengubah bangsa. Salam satu Jiwa, para pemimpin bangsa”, begitu sambutnya terhadap kami maba UB 2011 saat upacara penyambutan maba di lapangan tepat depan gedung rektorat bersama dengan ribuan maba dari berbagai jurusan lainnya. Saya pasrah. Dan mencoba ikhlas menjalani suatu hal yang bukan pilihan saya.

Kadang kalau mengingat hal ini, masih terselip rasa dosa terhadap kedua orang tua, khususnya alm. ayah. Entah karena terlalu egois atau apa, saya sering membolos kuliah. Hampir setiap mata kuliah pasti ada yang tidak saya datangi. Kesempatan "kabur dari tanggungjawab" itu lebih sering saya gunakan untuk mencari liputan softnews ataupun berita sejenis features untuk kepuasan pribadi dan kebutuhan berita di PERSMA Kampus.

Tanpa terasa, satu semester awal dapat saya lalui dengan baik. Berlatarbelakang lulusan IPA. Setidaknya, materi dasar yang diajarkan saat itu tidak terlalu membuat saya berfikir keras. Dimana materi MIPA dasar, seperti FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ILMU PERTANIAN, BAHASA INGGRIS I, PENGATAR TEKNOLOGI PERTANIAN (PTP), dan KALKULUS menjadi kuliah wajibnya. Dan alhamdulillah, meski masih memendam perasaan berat hati, saya masih dapat mengikuti perkuliahan dengan baik dan berbicara IP? hhm, meski bukan menjadi ambisi dan salah satu hal yang tidak saya pedulikan, tapi Allah masih memberikan oleh - oleh yang menyenangkan untuk ayah ibu di Kediri, kurang lebih 3,3x menjadi kabar baik untuk mereka. Tapi belum dengan hasrat saya untuk tetap mempelajari jurnalis dan broadcasting. Padahal nuansa kampus sangat membuat saya  nyaman, dan tenang.
GAZEBO : ini tempat favorit saya untuk menikmati hujan dan senja di kampus

SIMETRIS : Lobby gedung FTP antara Gedung-F dengan gedung-D
SETENGAH JADI : Gedung-F FTP yang saat itu masih dalam renovasi
PEMADAM KELAPARAN : Suasana kantin saat pukul 06.00 WIB diambil
dari atas gazebo FTP Gedung-F
Untungnya Allah memang benar-benar MAHAASIK :) 
Di balik kegalauan dan ketidaknyamanaan yang saya buat selama di kampus, saya diperkenalkan dengan mereka. Keluarga baru saya di Malang. Saat itu saya berada di prodi TSAL Kelas O *entah ini benar atau nggak kelasnya*, yang jelas saya merasa nyaman memiliki keluarga dan sahabat baru yang hingga detik ini, sangat saya rindukan canda tawanya. Nathea (Lombok), Ricca (Malang), Reza (Medan), Pupud (Probolinggo), Arum (Palembang), Ken Raras (Sidoarjo), Patricia (Papua), Kiki (Batu), dan masih buaaanyak sahabat - sahabat saya lainnya. Sejak saat itu, mereka meyakinkan saya dan membuka jalan pikiran saya dan menyimpulkan hal berikut, "Allah itu Asik. Ia selalu memberikan yang kita butuhkan, bukan cuma yang kita inginkan". Sahabat - sahabat saya berusaha keras membuat saya semakin nyaman dan kompak. Meskipun sesekali saya tahu, sebenarnya mereka menghibur agar saya tidak terlalu keras kepala untuk melanjutkan keinginan saya kuliah di tempat yang saya inginkan. Dan alhamdulillah, demokrasi berjalan begitu indah. Mereka justru mendukung dan turut saling mendoakan untuk yang terbaik. Dan kini, meskipun kami sudah terpisah jarak, saya sangat bersyukur, karena mereka masih menganggap saya ada dan sebagai saya biasanya. Semoga persahabatan kita bisa terus berjalan hingga kelak. Terima kasih Tuhan, Kau hadirkan mereka. Eh, nggak terasa, udah pada mau lulusan ya? AMIIIIN..Semangat SKRIPSI, SemangArt berjuang kawan.. BRAVO TEP! :))
BELUM LENGKAP : inilah mereka, keluarga dan sahabat saya di Malang, sejak awal kuliah
THE GIRLS : narsis dulu sebelum berangkat praktikum penyediaan Air Bersih kali pertamanya se-TSAL
MENDADAK MUSISI : Ingat nggak? malem2 gitu kita sekelas bela-belain latihan buat inagurasi :')
FLASHMOB : Tuh, kayaknya kalau kita makin kompak mungkin bisa ngalahin goyang Caesar kali ya? :D
TRADISI HEBOH: Nggak segan - segan siapapun yang waktunya ultah, siap -siap mandi di kolam UB. 

:D

Komentar