Masih Setengah Belajar #Opini

"Loh, kalau nulis jawabannya harus lengkap mbak kayak yang di LKS. Kalau nggak nanti hasil nilaiku nggak penuh. "

MASIH BINGUNG - Usai belajar bersama dengan adik bimbing saya beberapa hari yang lalu, saya sedikit terusik dengan statement di atas. Ketika itu, saya menyadari bahwa ada beberapa hal yang sepertinya perlu kita perhatikan lagi.

Ketika itu, kami tengah mengerjakan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam suatu soal, kami saling berdiskusi. Sesuai dengan keterangan yanga ada di dalam penjelasan teorinya, si adik dengan aktif menjabarkan dan mencari contoh. Kemudian ia memahami dan menuliskannya dengan bahasanya sendiri.

Di kemudian hari, kami lanjut mengerjakan tugas di halaman berikutnya. Sebelum membuka halaman tersebut, saya melihat jawaban yang ia tulis waktu itu, dicoret dan dinilai "1/2". Ketika saya tanya ke si adik, ia menjawab, "Kata bu guru, jawabannya harus ditulis lengkap kayak di penjelasannya, Mbak". Tidak satu-dua kali kejadian itu berulang - ulang, padahal si adik memahami benar maksud dari penjelasannya. Kemudian ia menulis sesuai yang ia pahami tanpa mengurangi arti dari penjelasan yang dimaksud. Hanya saja ia tidak menuliskan sama persis (menjiplak).

Tentu hal ini menurut saya masih kurang tepat untuk perkembangan pola pikir seseorang ke depannya. Jika kebiasaan "menulis ulang" ini terus menerus dibiasakan (apalagi sejak dini), maka bisa - bisa kemampuan nalar dan analisanya perlahan akan melemah. Ibarat peribahasa bagai katak dalam tempurung, sepertinya akan benar adanya. Khawatirnya, bisa jadi menambah populasi 'katak - katak' di negera kita yang tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai makhluk amphibi. Dalam arti, sekalipun masih berlatih, kita juga dapat menganalisa apa yang akan kita pelajari dan kita sebarkan. Setidaknya bisa menyeimbangkan antara "berlatih dan belajar".

Setidaknya, saya akan mencoba menjabarkan tentang pemikiran saya mengenai hal ini.
Sisi positif :
1. Mampu melatih diri kita untuk menstimulasi ingatan, dan
2. Melatih untuk belajar disiplin dalam menulis (misalnya: sesuai dengan ketentuan EYD)
Dari sisi positif ini bisa kita dapatkan asal dengan batas tenggang waktu tertentu untuk mencapainya sampai kita merasa mampu berfikir kritis di dengan apa yang kita tulis. Namun jika terlalu lama 'berlatih' maka dampak negatifnya akan lebih besar, diantaranya :
1. Terbiasa menjiplak,
2. Kinerja otak sedikit demi sedikit tereduksi, sehingga mucul lah istilah "males" yang akan menjadi penyakit,
3. Meremehkan dan menggampangkan sesuatu tanpa analisa yang detail, dan
4. Pengembangan diri sedikit terhambat
Sekarang, solusi apa yang bisa kita lakukan agar kebiasaan tersebut tidak mendarah-daging sampai nanti? 

Komentar