Catatan Cacat 2015 : [Masih] Tentang Memberi dan Menerima



Hai mbak uchik, halo mbak weka :D
Sebelumnya terima kasih, sudah menggodaku untuk 'sambang' blog yang tengah mati suri ini. Kali pertama mbak uchik ngechat untuk ikut #MMKmenulis "The biggest Lesson from 2015", aku semangat banget. Meski sebenernya, ke-pede-an-ku tetap mengerut jika hal ini sampai terbaca oleh orang lain. Bukan bermaksud pelit ilmu. Hanya saja sedikit canggung berada diantara mereka yang istiqomah menulis. ._. But, it's OK! Karena seperti kata mbak uchik, "Sharing for caring".


Mendadak aku bingung harus memulai dari mana. Sebab, begitu banyak sosok dan peristiwa yang memutasi zona nyamanku. Sehingga perlahan, aku mulai turut bergerak meneladani mereka. Sederet nama, sudah merekonstruksi mindsetku. Sungguh, Allah SWT MahaAsyik! Ia selalu mengarahkanku untuk bergerak maju; bertemu dengan mereka yang tak terduga; dan dikelilingi suka cita dalam hidup. Terdengar berlebihan (mungkin). Entahlah. Begitu adanya. Namun sungguh, ini memang patut diapresiasi dan diteladani.

Diantara sederet 'manusia ajaib' itu, aku beruntung karena dikenalkan kepada beberapa sosok seperti Nathea (rival, sahabat, sekaligus 'emak' di Lombok), Anggrek ('wong edan' yang susah dipahami), Vita Ayu (sang visioner), Mas Mustofa (volunteer Gerakan Melukis Harapan), Pak Didik (bapak kedua dari SMA), Bu Dhea (manager tangguh), Mas Dion (partner kerja nan energik), Mas Pandu (sesepuh dept. Multimedia Kreatif), dan Malik (lagi). Diantara mereka memang bukan orang baru yang aku kenal di tahun 2015, tapi setidaknya, mereka turut berkontribusi untuk banyak hal di tahun 2015 dan apa yang akan aku lakukan nanti.

Ketika aku pahami satu per satu, ada satu kesamaan yang menjadi benang merah dan kunci dari segala aktivitas yang mereka jalani, yaitu tentang seberapa banyak memberi tanpa menghiraukan seberapa besar yang akan diterima kembali. Sederhana bukan? tapi sepertinya tak semudah yang dibayangkan. Tak dipungkiri, egonya hati kadang masih menghalangi. Dimana materi menjadi tujuan utama dari apa yang diusahakan, hanya untuk memenuhi kebutuhan kecil yang dibesar - besarkan. Namun, kali ini berbeda arti ketika kepuasan hati menjadi orientasi tertinggi. Maka alam pun bersinergi, dimana aksi berbanding lurus dengan reaksi. Turutlah campurtangan Allah SWT dalam kehidupan ini.

DARI ORANG LAIN, UNTUK ORANG LAIN, DAN OLEH ORANG LAIN

Ya, begitulah yang aku pelajari. Contohnya saja dari mas Mustofa. Aku mengenal Mas Mus dari salah satu komunitas sosial, Gerakan Melukis Harapan (GMH) di Surabaya. Jujur, aku malu jika sampai bertemu kembali dengannya. Serasa tertampar oleh komitmen yang belum dapat aku penuhi. Berbeda drastis dengannya. Ia tetap istiqomah mengabdikan waktu, tenaga, materi, dan fikirannya untuk mempengaruhi, mengembangkan, dan memfasilitasi adik - adik di sekitar eks-lokalisasi Dolly dalam bidang pendidikan. Dan alhamdulillah, aku turut bersyukur atas program yang ia --dan volunteer GMH lainnya-- laksanakan, seperti Kampung Madani, Inspiratrip Dolly, Taman Baca, dan Teater Bocah yang kini sudah 'mendapatkan hati' di masyarakat sekitar eks-lokalisasi Dolly maupun masyarakat luas. Sehingga semakin banyak pula, hati yang turut bergerak untuk suka rela 'terjebak' dalam setiap program Gerakan Melukis Harapan (GMH).

Ada hal lain pula yang aku imani. Mereka yang selalu menginspirasi, sebagian besar memahami makna menerima dan memberi. Bak rantai kehidupan. Saling berkaitan. Kurang lebih, kita yang sekarang, adalah implementasi dari apa yang orang lain beri. Dan tugas kita saat ini adalah meneruskan kebaikan tersebut kepada orang lain dengan memberikan apa yang kita miliki dan dibutuhkan orang lain. Asal sesuai porsi --Tunggu dulu! Sejujurnya, aku masih belum mengerti intensitas porsi yang dibutuhkan untuk memberi. Hingga suatu saat Malik pernah menegur, " Jangan berlebihan. Lakukan semua hal sesuai dengan porsinya. Jangan dipaksakan. Karena sesuatu yang berlebihan pun tidak baik."--

Benar sekali. Dulunya aku berfikir, semua hal akan siap kulakukan untuk orang lain. Namun, setelah 'kembali ke masyarakat' aku mulai paham. Berbuat terlalu baik justru malah 'menyakiti diri sendiri dan orang lain' secara halus. Hal ini aku sadari saat mulai bergabung di salah satu radio di Kediri. Sosok bu Dhea dan Mas Dion lah, yang sedikit demi sedikit 'merombak'ku untuk bersikap sesuai porsi. Berjalan beriringan antara kebutuhan diri sendiri dan orang lain. Katanya, "Hidup juga berarti menerima, nduk". Tidak semua orang yang dalam kesulitan, selalu membutuhkan bantuanmu. Bisa jadi mereka justru menikmati atas apa yang mereka terima. Sekali lagi, memaknai atas apa yang diterima. 

Me-ne-ri-ma. Tiga tahun belakangan ini, aku enggan memaknai kata itu. Sebab, rasanya Allah tak adil. Beberapa hal 'menyakitkan' aku jalani. Membayangi. Dan terus menjadi fatamorgana diri. MATI RASA! Mulai tak terarah karena terlalu menuntut atas apa yang sudah aku beri. Karena menurutku, ikhlas tidak sesingkat kata itu sendiri. Namun syukurlah! itu semua cepat berakhir. Setelah aku belajar mulai memaafkan dan mengenal diri sendiri; serta memahami hikmah dibalik setiap yang Allah SWT beri.

Allah SWT tidak tidur! Dialah penulis skenario, produser, sekaligus sutradara terbaik. Kita hanyalah aktor yang berperan dan berimprovisasi hingga cerita itu terwujud epic. Ia lah yang mengarahkan, kapan kita sedih, senang, bangkit, dan melakukan apapun. Ia selalu memberi sesuai yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Bisa dikatakan, apa yang tengah aku lakukan sekarang sudah sesuai dengan apa yang aku inginkan. Bahkan bonus berlipat! Padahal yang aku usahakan bukan untuk hal tersebut. Ternyata begitulah cara-Nya menyenangkan kita. Membuat kita berusaha keras, menghalau ketidakmungkinan, dan kemudian pada akhirnya mengatakan, "Sial, ternyata aku sudah bisa melaluinya", kataku sambil tertawa lepas mengenang segala upaya itu. Jangan remehkan niat yang kecil. Karena bisa jadi itu yang di'amini'. Sekali lagi, Allah SWT MahaAsyik!

Dari hal - hal yang sudah aku lalui, tak ada lagi pertanyaan semacam "Bagaimana bisa seorang mas Pandu yang baru kembali ke Blitar sudah memiliki relasi seluas itu?" , "Bahkan adakah sesekali dia tak makan 3 hari saja karena tak punya materi? Aku rasa itu mustahil. Sebab ada saja yang memberi;  "Bagaimana seorang Anggrek sang idealis dan keras kepala itu, bisa selalu mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa ia meminta? Adakah ia merengek agar keinginannya dituruti?" Aku rasa orang lainlah yang suka rela membantunya. Sebab dialah 'heroin' bagi setiap orang di sekitarnya. "Adakah Malik nan misterius itu merasa kesepian dan sedih setiap ia dalam kesulitan? Bagaimana bisa, seseorang yang menyebalkan itu menjadi magnet untukku  orang di sekitarnya?" Aku rasa semua wanitapun akan rela jatuh hati pada ketulusannya.
Wallohu'alam. Sekali lagi. Allah MahaAsyik!




" Mimpi tak berlengan, tetapi akan selalu ada jika engkau menginginkan.
Ketika badai datang atau api menelan bangunanmu, batu - batu itu tak akan hancur atau jadi abu.
Mereka hanya menunggu uluranmu, kekuatan hatimu, dan satu lagi rancangan cetak biru. "
( Cetak Biru.1998. Dee)
 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------









Anw, terlepas dari #MMKmenulis, aku juga pengen share info buat kalian yang melipir baca postingan ini. Barangkali diantara kamu punya buku apapun --yang masih layak baca-- boleh loh dikasih ke kita aja. Kebetulan ada temennya temen, yang lagi hunting buku untuk jadi tambahan koleksinya salah satu Taman Baca di daerah Blora, Jawa Tengah. Nggak ada waktu buat anter bukunya? Nggak ada duit buat ngirim bukunya? Santai, gan. Udah ada tukang jemputnya kok. :)

Komentar

  1. Jeru cak :D ! Nice one!
    Koyo jare iklan Nike, Just Do It and let the magic happen (bener gak seh?) :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai mas Paan ._.
      Anw, gak bercita2 menjawab pengandaianku yang ke dua a mas?
      Pernah tak gak makan 3 hari gegara gak ada duit?? :p

      hahahaha

      Hapus
    2. alhamdulillah ra tau. hahaha
      Bien tau wes ra nduwe duit, beras yo sitik. Untunge enek godong telone Gusti Allah. Maleh mangan dong telo lawuh sego karo sambel :D

      Hapus
    3. Alhamdulillah, Gusti Allah Foundation yak :')
      kualifikasine gak macem2, recruitmen-nya gampang,
      kerjane gampang!
      kurang apa coba.
      hhehe

      Hapus
  2. Allah MahaAsyik!!
    Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
    Barakallah mbak nit, sampean dari dulu emang OK!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai cak praas! Long time no see :p
      Anw, terima kasih sudah melipir ke sini.
      Seperti status ku dulu yg kamu ralat, " Fabiayyi alaairobbikuma tukaddzibaa ". Semoga istiqomah buat apa yang sedang diusahakan.
      Kamu mangato!
      *weeenaaak*

      Hapus
  3. mbak nit, aku mau meluk aja boleh? :"3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sini. Cepet! buru sini. :"
      *kemudian lala dan po berpelukan*
      (backsound : Naff - Akhirnya ku menemukanmu)

      Hapus
  4. Hai mbak nit, Long time no see you yah :"
    apa kabar? semoga selalu sehat.
    Nice Writing anyway :"
    Mungkin setelah ini aku akan belajar apa yang kau tuliskan dan ajarkan mbk nit :)
    terkadang memang berperang dengan diri sendiru memang sulit.
    it's really hard but it's possible.
    Aku masih punya utang kasih sampeyan sesuatu mbk nit (semoga masih inget), semoga bisa berjumpa kembali suatu saat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo masku yang nggak tinggi2 :p
      Miss you so much ({})
      Kamu gak lagi diculik kan yaak?
      Kok kita tak pernah ketemu :"
      Wait, hutaaang? Sepertinya itu hanya ilusi -____-

      Hapus

Posting Komentar