Yang Tertinggal di Ujung Jemari
Aku sudah lupa kapan terakhir kali tangan kita saling mencari. Entah sejak kapan, tidur di sisi yang sama terasa seperti tidur di dua dunia yang berbeda. Kau memunggungiku, aku memeluk udara. Dan malam-malam terasa begitu panjang, bahkan tanpa hujan. Lalu malam itu datang. Aneh, sunyi, tapi ada kehangatan menyergap. Dalam gelap, aku merasakan hangat yang asing tapi pernah kukenal. Ia menyelinap ke dalam cela jari-jariku yang hampir beku. Seolah tubuhmu bicara lebih jujur dari mulutmu. Bahwa di balik semua diam dan jarak, masih ada sedikit sisa rasa. Entah cinta, entah kebiasaan, entah hanya rindu yang tersesat. Jari-jariku disentuh perlahan, seperti ragu, seperti takut salah waktu. Kau menggenggamnya pelan, lalu menahan. Dalam pejam, aku ingin membuka mata. Aku ingin tahu, apakah itu mimpiku atau kau benar-benar di sana? Tapi aku memilih diam, karena mungkin hanya dalam diam lah aku masih bisa bersamamu. Aku membalas genggaman itu, pelan sekali, sebagai isyarat "Ya. A...