Mulai dari 0, ya?



Hheehe. Iya, kamu ngga lagi di SPBU kok. Emang lagi baca kalimat itu. Btw, sepintas sapaan itu familiar, tapi bener - bener syulit dilakukan. 2 kata yang sudah berat, yaitu "Mulai" dan "dari 0". Buatku, kata mulai ini panjaaaang banget pertimbangannya. Sama kayak mulai nulis lagi disini. "Kan tinggal nulis aja, apa susahnya?" --bisik sisi egoku. Yah, bener susah dan banyak pertimbangan. Karena di tiap memutuskan memulai sesuatu, harus siap dengan tanggung jawab isinya. Mulai dari, "Ada manfaatnya ngga ya nanti kalau sampai dibaca orang lain?", "bisa bantu nambah pahala atau amalanku ngga ya nanti, atau justru sebaliknya?" dan tapi tapi-an lainyaa.... Huuhuhuuu~

Mulai dari 0. Setelah ku cek ulang, ternyata tulisan di postingan blog ini terakhir terbit di 2015. Untung aja waktu itu memaksakan diri buat nulis, kalau ngga, mungkin keberanianku ngga akan sejauh ini dan aku masih ada di dalam tempurung pikiranku aja. Thank you blogspot! Karena masih stay dan bisa kuakses kapanpun! Masih jadi opsiku buat 'kabur' dari emosi yang meledak - ledak. Nyatanya, dari bangku SD hingga hidup di usia 30 tahun ini, menulis adalah cara terbaikku untuk menyalurkan emosi, pandangan, dan bentuk penguraian diskusi antara aku dan isi kepalaku.

Setelah ku pikir ulang, mungkin saatnya sedikit menggeser cara pandangku. Kalau masih pertimbangkan manfaat untuk orang lain, terus siapa yang akan memberikan manfaat untuk diri sendiri? Dan hal yang sebenernya ku sadari, tanpa perlu kuafirmasi adalah, aku yang butuh menulis. Untuk menyembuhkan batin, untuk healing, untuk mendistribusikan emosiku, dan untuk #catatancacat pembelajaranku dari hidup. 

It's okay, babe! (Sambil memeluk diri sendiri). Yuk kita mulai ulang! Karena di setiap fase hidup, juga adalah pengulangan, bukan? Serunya hidup, biarkan terekam di tulisan ini ya. Siapa tahu, bisa jadi warisan buat naak cucu nanti.. hiiihi,

So, welcome back to #catatancacat, Nit! Yuk rayakan dengan rajin menulis yaaaa~


Komentar