Datang dan Pergi

Dua hal yang selalu berlawanan. Tapi sebenarnya tidak berlawanan menurutku. Mereka justru saling berkesinambungan. Menjadi pangkal dan ujung kisah yang pasti akan hadir dalam setiap perjalan hidup. Dimana ada haru saat berduka. Ada terangnya siang yang berganti indahnya malam. Pahitnya hidup selalu dibalas dengan kenikmatan. Dan segala hal yang berlawanan tak selamanya memang berlawanan.

Begitu pula dengan Datang dan Pergi. Sebenarnya ini adalah hal yang biasa terjadi. Tak perlu disesali. Seperti kata sahabat saya ,"Kenapa kamu takut kehilangan?Toh semuanya titipan Tuhan".
Kehilangan. Menjadi satu kata yang pernah membuat saya trauma terhadap apapun hingga tak ada motivasi hidup. Seperti ada sesuatu yang memukuli jantung. Begitu rasanya. Persis seperti awal tahun 2012 lalu. Tepat dua hari setelah pergantian tahun, Tuhan memberikan kado terbaik untuk ayah. Ia kembali ke sisi-Nya tanpa mempersilahkan saya memeluk jasadnya. Bahkan, saat-saat terakhirpun, bibir ini getir untuk menyampaikan betapa saya sangat menyayanginya. Sayang, SEMUA TERLAMBAT. Bukankah begitu tabiat manusia? Selalu menyesali setelah menyadari bahwa kita belum melakukan apapun untuk suatu pahit yang belum terjadi? Jangan sampai kau disana.

Selang beberapa bulan kepergian ayah, saya harus menelan rasa pahit yang menohok. Lelaki kedua yang sangat saya cintai juga telah pergi. Pergi mencari hati yang lain. Di masa ini, logika dan perasaan saya benar - benar tak terkendali. Ah sudahlah.. saya tak ingin melanjutkan cerita ini lagi. :)

Awalnya, sangat sulit menerima kepergian mereka. Semua semangat itu luntur. Bahkan untuk kuliah saja, saya jarang datang. Dan lebih sering berkeliling kota untuk mencari orang-orang baru. Tapi Tuhan MAHAASIK. Di tengah hausnya saya menenangkan diri, ada seorang sahabat yang justru menganggap saya biasa dan lebih memacu semangat hidup saya. Dia Yuni dan Anggrek. Keduanya memang memiliki perbedaan yang signifikan. Anggrek sang idealis, dan Yuni si penurut. Tapi keduanya sangatlah saya sayang. Saya ingat benar, kalimat pertama apa yang ditanyakan anggrek saat mendengar ayah meninggal. Ia hanya bertanya melalui SMS, seakan tak ada apa-apa."Kau sudah mandi belum?Mandilah. Jangan kau biasakan tak mandi. haha". Dan selang sehari pemakaman ayah, ia datang bersama keluarganya, menempuh perjalanan dari Probolinggo ke Kediri, hanya untuk memberiku sebuah buku. Betapa beruntungnya saya. :)

Lagi - lagi, Tuhan MahaAsik.
Tak sampai ujung, kebahagiaan saya bertambah. Karena niat saya untuk hijrah kuliah dari Malang ke Surabaya terpenuhi. Seperti impian Anggrek dan saya. Kami pernah berbicara tentang mimpi. Dimana kami bertekad untuk menanggalkan kata 'Ya sudahlah' dan kembali ke permukaan untuk menemukan jalan keyakinan. Keyakinan untuk menggapai mimpi-mimpi kami. Dan pada akhirnya, kami berhasil melampaui itu.  Bermula dari keputusan ini. Sayangnya, entah mengapa. Saat terakhir saya bertemu dengan Anggrek, ia malah melempar kecut senyumnya. 




 

Komentar